De zona Schengen berada di suatu daerah Eropa di mana 27 negara telah menghapus perbatasan internal mereka untuk memungkinkan pergerakan bebas orang dan barang. Konsep yang menjadi simbol penyatuan Eropa ini berkembang pesat sejak diciptakan pada tahun 1985. Pada artikel ini, kita akan melihat lebih dekat sejarah, asal-usul, masa kini, dan masa depan zona Schengen.
De 27 negara Schengen yang merupakan bagian dari daerah Schengen adalah: Belgia, Belanda, Luksemburg, Jerman, Prancis, Spanyol, Portugal, Italia, Austria, Yunani, Denmark, Swedia, Finlandia, Estonia, Latvia, Lituania, Polandia, Republik Ceko, Slovakia, Slovenia, Hongaria, Malta, Islandia, Norwegia, Swiss, Liechtenstein, dan Kroasia.
Tujuan dan manfaat Schengen
Jutaan orang melintasi perbatasan internal UE setiap hari. Pergerakan bebas menawarkan hak yang berbeda untuk berbagai kelompok orang, mulai dari turis hingga keluarga.
Semua warga negara UE dapat dengan valid paspor atau kartu identitas untuk tinggal di negara UE lain sebagai turis selama maksimal tiga bulan. Selain itu, mereka memiliki hak untuk tinggal di negara UE lain untuk bekerja dan menikmati perlakuan yang sama dengan warga negara tersebut.
Pengusaha mendapat manfaat dari kebebasan pendirian, yang memudahkan mereka untuk mendirikan dan memperluas bisnis mereka di negara UE lainnya. Siswa memiliki hak untuk belajar di negara UE mana pun, memberi mereka akses ke berbagai lembaga pendidikan dan kesempatan belajar.
Menutup perbatasan internal UE akan memerlukan biaya yang signifikan dan menghambat perjalanan lintas batas 1,7 juta orang. Oleh karena itu, mempertahankan perbatasan internal yang terbuka sangat penting untuk mendukung kehidupan sehari-hari dan kerja sama ekonomi di UE.
Sejarah dan asal usul zona Schengen
Zona Schengen dinamai dari desa Schengen di Luksemburg, tempat Perjanjian Schengen ditandatangani pada 14 Juni 1985 oleh lima dari sepuluh negara anggota Masyarakat Ekonomi Eropa (EEC): Belgia, Jerman, Prancis, Luksemburg, dan Belanda. Perjanjian tersebut, yang mulai berlaku pada tanggal 26 Maret 1995, bertujuan untuk menghapus perbatasan internal antara negara-negara penandatangan dan menciptakan kebijakan perbatasan eksternal bersama. Ini akan mempromosikan pergerakan bebas orang dan barang dan berkontribusi pada pertumbuhan dan integrasi ekonomi.
Sejak pembentukannya, Wilayah Schengen terus berkembang, dengan anggota baru dari keduanya Uni Eropa (Uni Eropa) dan seterusnya. Pada tahun 1997, Perjanjian Schengen diintegrasikan ke dalam hukum UE melalui Perjanjian Amsterdam. Jumlah negara peserta terus bertambah, dan saat ini wilayah tersebut mencakup 27 negara, termasuk beberapa negara non-Uni Eropa seperti Norwegia, Islandia, Swiss, dan Liechtenstein.
Hadiah
Zona Schengen memilikinya bepergian di Eropa secara signifikan memfasilitasi dan berkontribusi pada pertumbuhan dan kerja sama ekonomi. Penghapusan kontrol perbatasan telah merangsang pergerakan orang, barang dan jasa serta mempromosikan pariwisata. Selain itu, kebijakan Schengen telah menghasilkan kerja sama yang lebih erat di bidang kepolisian, kehakiman, dan imigrasi.
Namun wilayah Schengen juga menghadapi tantangan, seperti krisis migrasi tahun 2015 dan akibatnya. Beberapa negara untuk sementara memberlakukan kembali kontrol perbatasan untuk mengelola masuknya pengungsi dan migran. Selain itu, pandemi Covid-19 telah menyebabkan pembatasan sementara pada pergerakan bebas di zona Schengen, dengan banyak negara menutup perbatasannya untuk membatasi penyebaran virus.
Masa depan zona Schengen
Masa depan wilayah Schengen akan sangat bergantung pada bagaimana negara-negara peserta mengatasi tantangan migrasi, keamanan, dan kerja sama. Berikut adalah beberapa aspek kunci yang dapat membentuk masa depan wilayah Schengen:
- Kebijakan Migrasi: Menemukan solusi yang seimbang dan berkelanjutan untuk tantangan migrasi dan suaka tetap menjadi prioritas negara-negara Schengen. UE sedang meninjau sistem migrasi dan suaka untuk memastikannya efisien dan adil bagi semua pihak yang terlibat. Kerja sama yang lebih baik dan pembagian tanggung jawab antara negara-negara Schengen dapat mengurangi tekanan pada perbatasan luar dan berkontribusi pada kebijakan migrasi yang lebih stabil.
- Keamanan dan pengelolaan perbatasan: Meningkatnya ancaman terorisme dan kejahatan terorganisir membutuhkan kerja sama yang lebih erat antara negara-negara Schengen di bidang keamanan dan pengelolaan perbatasan. Meningkatkan pertukaran informasi, memperkuat kerja sama antara polisi dan layanan peradilan, dan memodernisasi sistem kontrol perbatasan adalah beberapa tindakan yang dapat membantu memastikan keamanan di wilayah Schengen.
- Perluasan zona Schengen: Meskipun zona Schengen saat ini terdiri dari 27 negara, masih ada beberapa negara anggota UE yang menunggu untuk bergabung, seperti Bulgaria dan Rumania. Memasukkan negara-negara ini di zona Schengen akan semakin mendorong integrasi Eropa dan memperluas pergerakan bebas orang dan barang.
- Inovasi teknologi: Di era digital, wilayah Schengen perlu memanfaatkan peluang yang ditawarkan oleh teknologi untuk membuat pengelolaan perbatasan lebih efisien dan aman. Penggunaan teknologi canggih, seperti identifikasi biometrik dan sistem perbatasan cerdas, dapat membantu menyeimbangkan kebutuhan akan keamanan dan memastikan pergerakan bebas orang.
Untuk mendeteksi penjahat, teroris, atau siapa pun yang berisiko, pelancong yang biasanya tidak menggunakan visa disaring sebelum memasuki UE. Ini dilakukan dengan menggunakannya Sistem Informasi dan Otorisasi Perjalanan Eropa (Etias). Kontrol ini dapat dimulai paling cepat tahun 2023.
Selain itu, Parlemen Eropa telah menyetujui rencana untuk menyediakan Badan Penjaga Perbatasan dan Pantai Eropa dengan 2027 penjaga perbatasan pada tahun 10.000 untuk meningkatkan keamanan Eropa.
Kesimpulan
Selama bertahun-tahun, zona Schengen memiliki pengaruh besar pada kerja sama dan integrasi Eropa. Sementara tantangan tetap ada, seperti migrasi, keamanan, dan memastikan kerja sama antara negara-negara peserta, Wilayah Schengen kemungkinan akan terus berkembang dan beradaptasi dengan keadaan yang berubah. Mengatasi tantangan ini akan memungkinkan Area Schengen untuk mempertahankan dan memperkuat perannya sebagai simbol penyatuan dan kemajuan Eropa.
Pos terkait: